Overblog
Edit post Follow this blog Administration + Create my blog
PT. Equityworld Futures Semarang

Equityworld Futures Semarang – Saham-Rupiah-Obligasi-Emas Antam, Siapa Paling Cuan di Q1?

Equityworld Futures Semarang -  Pandemi virus corona (COVID-19) membuat pasar keuangan dalam negeri amblae sepanjang kuartal I-2020, tetapi harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (emas Antam) justru berkilau terang.

COVID-19 yang pertama kali muncul di kota Wuhan China pada akhir Desember 2019 belum banyak mempengaruhi pasar keuangan dalam negeri hingga akhir Januari lalu. Tetapi begitu virus ini menyebar ke berbagai negara dan dinyatakan sebagai pandemi, pasar keuangan Indonesia dan global langsung terpukul, hingga luluh lantak akhir kuartal-I.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, hingga pagi ini kasus COVID-19 sudah "menyerang" 180 negara/wilayah, dengan lebih dari 850.000 terjangkit, 42.032 orang meninggal dunia dan 177.857 dinyatakan sembuh.

Sementara di Indonesia hingga Selasa kemarin sudah ada 1.528 kasus positif COVID-19, dengan 136 orang meninggal dunia dan 81 sembuh.
Akibat pandemi tersebut, banyak negara menerapkan kebijakan karantina wilayah (lockdown) demi meredam penyebarannya. Dampaknya, aktivitas ekonomi menurun tajam, dan resesi kembali datang.

Kepala Ekonom IHS Markit, Nariman Behravesh dan Eksekutif Direktur Ekonomi Global Sara Johnson dalam Global Economic Forecast Flash bulan Maret memberikan proyeksi jika Jepang sudah mengalami resesi, sementara AS dan Eropa akan menyusul di kuartal II-2020.

PDB AS diprediksi di tahun ini diprediksi akan berkontraksi 0,2%, zona euro 1,5% dan Jepang 0,8%. Sementara itu ekonomi China diprediksi hanya akan tumbuh 3,1%.

AS tidak malah diprediksi akan mengalami depresi bukan lagi resesi oleh Kepala Ekonom MUFG di New York, Chris Rupkey, setelah sektor manufaktur Paman Sam mengalami kontraksi.

"Sektor manufaktur kembali resesi, bergabung dengan sektor-sektor lainnya. Ini menunjukkan sepertinya yang terjadi adalah depresi, bukan sekadar resesi," kata Rupkey, seperti diberitakan Reuters.



Kecemasan akan terjadinya resesi global tersebut membuat bursa saham global ambles, begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang kuartal I IHSG ambles nyaris 28%. Aksi jual paling parah terjadi di bulan Maret yang ambles 16,76%. Bahkan pada 24 Maret lalu lalu IHSG menyentuh 3.911,716 yang merupakan level terendah sejak Agustus 2013.

Setali tiga uang, pasar obligasi juga mengalami aksi jual yang masif. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 80,9 basis poin (bps) menjadi 7,907%. 

Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi. Ketika harga turun, yield akan bergerak naik. Penurunan harga tersebut berarti sedang ada aksi jual. Aksi jual artinya obligasi Indonesia sedang tidak diminati.

Amblesnya IHSG dan obligasi Indonesia menunjukkan arus modal asing keluar (capital outflow) yang besar, dan berimbas pada buruknya kinerja rupiah.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat memberikan update tentang kondisi perekonomian terkini Selasa (31/3/2020) siang mengatakan dana asing masih pergi dari pasar Indonesia. Ia mengatakan, terjadi outflow atau aliran dana asing keluar hingga Rp 145,1 triliun.

"Terdiri dari outflow Rp 131,1 triliun di pasar SBN dan Rp 9,9 triliun di pasar saham," katanya.



Pergerakan rupiah memang sangat rentan oleh keluar masuknya aliran modal (hot money) sebagai sumber devisa. Sebabnya, pos pendapatan devisa lain yakni transaksi berjalan (current account), belum bisa diandalkan.

Sejak tahun 2011 transaksi berjalan RI sudah mengalami defisit (current account deficit/CAD). Praktis pasokan valas hanya dari hot money, yang mudah masuk-keluar. Ketika terjadi capital outflow yang besar maka tekanan bagi rupiah akan semakin kuat.

kunjungi
PT. Equityworld Futures | Perusahaan Investasi Berjangka

Besarnya outflow tersebut membuat pelemahan rupiah tak bisa dihindari, sepanjang kuartal I kurs rupiah merosot 17,44%, menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia. Pada 23 Maret lalu, rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 16.620/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak krisis moneter 22 tahun lalu, atau tepatnya sejak 17 Juni 1998 ketika rupiah mencatat rekor terlemah sepanjang sejarah Rp 16.800/US$.

Di saat pasar keuangan sedang babal belur, harga emas Antam justru terus menanjak bahkan melesat naik. Logam mulia ini menjadi aset investasi yang paling menguntungkan setelah menguat 22,72% dan mencetak rekor termahal sepanjang sejarah Rp 87,7 juta untuk emas batangan 100 gram, atau Rp 877.000/gram pada 30 Maret lalu.

news edited by Equityworld Futures Semarang

 

Share this post
Repost0
To be informed of the latest articles, subscribe:
Comment on this post